Rabu, 28 Juli 2010

Jenderal Pol Sutanto Kapolri, Alumni Terbaik Akpol 1973

Presiden SBY melantik Jenderal Sutanto sebagai Kepala Kepolisian Negara RI, menggantikan Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar (8/7/2005). Pelantikan dilakukan setelah DPR secara aklamasi menyetujui usai melakukan uji kepatutan dan kelayakan ((fit and proper test)) terhadap Komjen Sutanto di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta, 4/7/2005.



Dia pensiun 30 September 2008 dan digantikan Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Pol. Bambang Hendarso Danuri.



Sutanto yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional (BNN) berpangkat Komisaris Jenderal Polisi secara resmi diangkat menjadi Kapolri dengan Keppres Nomor 28/Polri/2005 tertanggal 5 Juli 2005. Kemudian dengan Keppres Nomor 29/Polri/2005 tanggal yang sama pangkatnya dinaikkan menjadi Jenderal Polisi.



Sebelumnya Presiden SBY mengajukannya sebagai satu-satunya calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) menggantikan Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar kepada DPR. Kemudian Komisi III DPR secara aklamasi menyetujui usai melakukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test)4/7/2005 dan Rapat Paripurna DPR 5/7/2005.



Dalam rapat tertutup (internal) dicapai kesepakatan persetujuan secara aklamasi. Seluruh fraksi (10 fraksi) di Komisi III, mendukung pejabat Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional itu menjadi Kapolri. Keputusan Komisi III itu dilaporkan dalam rapat paripurna Selasa 5/7/2005 yang dimulai pukul 09.00.


Uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) berlangsung serius, walau kadang diselingi canda. Sebanyak 34 anggota Komisi III mengajukan pertanyaan. Di antaranya mengenai terorisme, narkoba, perjudian, pelacuran, pornografi, dan pornoaksi, pemberantasan korupsi, pembenahan moral polisi, dan cara mengatasi godaan dari bos-bos penjahat untuk melobi agar kasusnya dihentikan.



Selama 30 menit, Sutanto diberi kesempatan memaparkan visi misinya. Sutanto menyatakan akan secara tegas dan konsisten menindak empat jenis kejahatan. Pertama, kejahatan yang merugikan kekayaan negara (korupsi, illegal logging, illegal mining, penyelundupan); Kedua, kejahatan yang berdampak luas terhadap masyarakat (judi dan narkoba); Ketiga, kejahatan yang meresahkan masyarakat (kejahatan jalanan dan kejahatan oleh kawanan bandit); dan Keempat, segala pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, ketidaktertiban dan kemacetan.

Secara khusus, Sutanto mengatakan dalam mengatasi masalah narkoba, ada tiga langkah yang secara simultan harus dilakukan. Ketiganya adalah pencegahan, penegakan hukum, dan terapi-rehabilitasi bagi pengguna narkoba.


ia juga menegaskan adalah kewajiban pemerintah untuk menyediakan panti rehabilitasi yang murah, tidak saja di kota-kota besar, tetapi juga di kabupaten-kabupaten. Karena narkoba sudah merambah pelosok desa dan banyak disalahgunakan masyarakat menengah ke bawah.


Mantan Ajudan Presiden Soeharto kelahiran Comal, Pemalang, Jawa Tengah, 30 September 1950, ini merupakan satu di antara sedikit polisi yang baik, jujur, bersih, dan punya komitmen tinggi memberantas kejahatan di negeri ini.

Alumni Terbaik Akabri Kepolisian 1973, ini memang sudah santer disebut-sebut akan menjadi Kapolri sejak Susilo Bambang Yudhoyono dilantik menjadi Presiden RI. Pasalnya, SBY dan Sutanto sudah lama bersahabat karena seangkatan ketika menjadi taruna Akademi Angkatan Bersenjata (Akabri). Keduanya lulusan Akabri (Darat dan Kepolisian) tahun 1973.

Teman taruna seangkatan (1973) SBY dan Sutanto lainnya antara lain Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Slamet Soebijanto dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Djoko Suyanto. Mereka merupakan lulusan terbaik di angkatan masing-masing. Mereka sama-sama memperoleh penghargaan Adi Makayasa.

Selain karena pertemanan dengan presiden, Sutanto juga dinilai bersih selama karirnya di kepolisian. Dia juga dikenal konsisten dan dekat dengan bawahan. Ayah dari empat anak ini dikenal jujur, bersih, dan punya komitmen tinggi memberantas kejahatan.

Saat menjabat Kapolda Sumut (2000), dia berupaya secara gigih memerangi perjudian, premanisme, dan peredaran narkoba di provinsi itu. Dia hadapi apa pun risikonya, baik dari para bandar judi dan internal Polri sendiri. Mereka yang tidak senang judi diberantas di daerah itu tidak suka Sutanto berlama-lama di Medan. Mereka ingin Sutanto cepat pindah. Memang, Sutanto hanya tujuh bulan menjadi Kapolda Sumut (Maret sampai Oktober 2000). Dia dipindah menjadi Kapolda Jawa Timur.

Di Jatim, Sutanto langsung menyatakan perang terhadap illegal logging, praktik BBM oplosan, judi dan narkoba. Salah satu gebrakannya adalah menangkap dan menahan Sundono alias Jhonson Limuel Lim, bos kayu ilegal nomor satu di Jatim yang sebelumnya sulit tersentuh hukum. Dia juga mengusir dan menampik utusan Sundono yang hendak menyuapnya Rp 2 miliar agar Sundono bisa ditahan luar.

Dia bergeming, Sundono terus ditahan sampai kasusnya dilimpahkan ke kejaksaan. Walaupun setelah kasus illegal logging itu digelar di PN Surabaya, Sundono malah divonis bebas, yang sebelumnya oleh jaksa penuntut umum hanya dituntut hukuman 1 tahun penjara dan denda Rp 200 juta.

Setelah dua tahun menjabat Kapolda Jatim (2000-2002), Sutanto dimutasi menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (2002-2005). Dia seperti sengaja ‘disimpan’ di situ. Namanya pun nyaris tidak pernah muncul lagi di media massa. Namun setelah SBY jadi presiden, nama Sutanto kembali berkibar. SBY mengangkatnya menjadi kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) pada awal Maret 2005. Dia pun naik pangkat dari Irjen menjadi Komjen Pol. Saat itu, banyak kalangan sudah memprediksi Sutanto akan menjadi Kapolri menggantikan Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar.

Kendati sebentar di BNN, dia telah melakukan gebrakan menangkap anggota sindikat peredaran narkoba internasional dan berhasil menggerebek dan menemukan sejumlah pabrik narkoba besar di sekitar Jakarta.

Presiden SBY mengatakan pergantian Kapolri dilakukan dalam rangka penyegaran kepemimpinan di lingkungan kepolisian. Da’i sudah mengemban tugas sebagai Kapolri selama 3 tahun 8 bulan. Menurut SBY masa tugas tersebut, sudah cukup bagi Da’i untuk mengabdi kepada negara dan bangsa.

Menurut Presiden, konteks pergantian ini dalam kerangka positif. Selain untuk regenerasi, juga sambil memberi kehormatan kepada Da’i dan penugasan kepada penggantinya. SBY berharap DPR segera menyetujui usul pergantian Kapolri tersebut. Sementara Da’i Bachtiar kemungkinan akan diangkat menjadi Dubes di Malaysia. ►tsl


Nama    : Jenderal Pol Sutanto
Lahir     : Comal, Pemalang, Jawa Tengah, 30 September 1950
Agama  : Islam
Jabatan: Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Dilantik 8 Juli 2005 - 30 September 2008)

Isteri: Henny S
Anak:
- Tanti Ari Dewi
- Wenny Natalia Dewi
- Bimo Agung Wibowo
- Widya Ari Dewi

Pendidikan:
- Akabri Kepolisian 1973
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) 1983
- Sespimpol, Lembang, Bandung (1990)
- Sus Jur Pa Rengar Hankam, Bandung (1985)
- Lemhannas (2000)

Karir:
- Pamapta Konwiko 74 Jakarta Selatan (1973-1975)
- Kapolsek Metro Kebayoran Lama (1978-1980)
- Kapolsek Metro Kebayoran Baru (1980)
- Kepala Detasemen Provoost Polda Jatim (1990-1991)
- Kapolres Sumenep, Jawa Timur (1991-1992)
- Kapolres Sidoarjo, Jawa Timur (1992-1994)
- Paban Asrena Polri (1994-1995)
- Ajudan Presiden Soeharto (1995-1998)
- Waka Polda Metro Jaya (1998-2000)
- Kapolda Sumut (2000)
- Kapolda Jatim (17 Oktober 2000-Oktober 2002)
- Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (24 Oktober 2002-28 Februari 2005)
- Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (28 Februari 2005-Juli 2005)
- Kapolri (2005)

Alamat Kantor: Jalan Trunojoyo No 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Telp 021-3848537 - 7260306 - 7218010 Fax 021-7220669

Alamat Rumah: Jalan Pinang Perak II PA-2, Pondok Indah, Jakarta Selatan
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar